Panji-Panji Hitam Dan Ikhwan

___ Kita sungguh ingin bersama mereka.. Maka perkenankanlah Yaa Allah 😥
Muhammad bin abbaas
Muhammad bin abbaas
>>> Nabi SAW Bersabda :

“Jika kamu semua melihat Panji-panji Hitam datang dari arah Khurasan, maka sambutlah ia walaupun kamu terpaksa merangkak di atas salji. Sesungguhnya di tengah-tengah panji-panji itu ada Khalifah Allah yang mendapat petunjuk.” Maksudnya ialah al-Mahdi. (Ibnu Majah, Abu Nuaim & al-Hakim)

Nama Mereka adalah IKHWAN … Yang keringat mereka bercucuran karena mencari ridho-Nya, yang langkah kaki mereka selalu berada pada jalan-Nya, yang keadaan hati mereka dalam keadaan cinta pada Rasul-Nya, dan Syahidlah akhir hayatnya.. mereka itu bagaikan satu ibu dan satu ayah, persaudaraan mereka berada dalam naungan kasih sayang Tuhan pemilik Arsy yang agung, yang jika salah seorang tersakiti karena pedang orang kafir maka mereka semua ikut tersakit karenanya.

Sungguh Allah telah memilih mereka sebagai Wali-Nya, yang cintanya hanya mereka sandarkan bagi Sang pemilik cinta Hakiki dikarenakan Makrifat mereka kepada tuhannya begitu dalam.

Allah mencintai mereka, dan merekapun mencintai-Nya, cinta mereka dibuktikan dengan perjuangan Jihad melawan Sufyani dan Bani Kalb serta Kaum kuffar yang menentang perjalanan mereka.

Allah saw berfirman : “ Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. “

Pemimpin mereka adalah dari keturunan Ahlu Bait, keturunan Sayyidina Hasaan dan dari keturunan Bani Tamim, maka dari itulah Rasulullah menyebutnya dengan sebutan Pemuda Bani tamim.

Sabda Nabi SAW :

“Akan keluar dari sulbi ini (Sayidina Ali KMW) seorang pemuda yang akan memenuhkan dunia ini dengan keadilan. Maka apabila kamu meyakini yang demikian itu, hendaklah kamu turut menyertai Pemuda dari Bani Tamim itu. Sesungguhnya dia datang dari sebelah Timur dan dialah pemegang Panji-panji Al-Mahdi.” (At-Tabrani)
Meraka ada karena Iradah-Nya, Anugrah-Nya untuk Umat Muhammad saw diakhir zaman, mereka ada sebelum Imam mahdi ada diMakkah, dan mereka telahpun memenangkan banyak pertempuran “

Al-Mahdi akan datang setelah munculnya Panji-panji Hitam dari sebelah Timur yang mana pasukan itu selalu tidak pernah kalah dengan pasukan mana pun.” (Ibnu Majah). Mereka muncul sebelum kemunculan Imam Mahdi di antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad.

Barangsiapa yang melihat mereka, maka berangkatlah bersama mereka, karena keberuntungan ada pada mereka atas sebab mereka adalah para ‘Arif Billah yang Allah tarik agar dapat berada disisi-Nya, para Ikhwan itu perangainya seperti para sahabat Radhiaallahu anhum ajmain, dan hatinya bagaikan kepingan besi-besi : Dari Sauban RA katanya Rasulullah SAW bersabda, :

“Panji-panji Hitam akan datang dari arah Timur, hati mereka bagaikan kepingan-kepingan besi. Sesiapa yang mendengar mengenai mereka, datangilah mereka walaupun terpaksa merangkak di atas salji.” .

Tujuan mereka hanya satu dan teguh dalam menjalankannya, yaitu memberikan kekuasaan kepada Khalifah Allah Imam Mahdi. Sabda Nabi SAW, :

“Orang ramai daripada Timur (Ikhwan itu benar-benar) akan muncul, kemudian menyerahkan kekuasaannya kepada al-Mahdi.”

……… Wahai Allahh, Berikanlah kepada kami nikmat bisa berjihad bersama dengan mereka..
Satukanlah kami dengan mereka atas sebab kecintaanmu pada kami Yaa Rahiim.
Karena dengan cinta-Mu, Kami bisa berjihad bersama mereka ( IKHWAN ) hingga kekuasaan kami serahkan kepada Wali-Mu ……….

Yaa Dzal jalali wal ikraam Amitna alaa diinil islam
Yaa Dzal jalali wal ikraam Amitna fii hub muhammad saw
Yaa Dzal jalali wal ikraam Amitna fii sabilillah

Ditulis : Muhammad Bin Abbaas 5 Syawwal 1434

Imam Mahdi dan Kematian Raja Arab Saudi

__Apa yang sudah antum persiapkan untuk membantu perjalanan IMAM MAHDI ??

– Hadits…

Rasulullah s.a.w bersabda, “Hijaz akan diperintah oleh seorang pria yang namanya adalah nama binatang, ketika Anda melihatnya dari kejauhan, anda akan berpikir ia memiliki mata sayu, dan jika Anda mendekatinya, Anda tidak melihat ada masalah di matanya. Dia akan digantikan oleh saudara laki-laki nya, bernama Abdullah. Celakalah mengikutinya! Celakalah mengikutinya! Celakalah mengikutinya! – Beliau s.a.w mengulanginya tiga kali – Beri aku kabar tentang kematiannya, maka aku akan memberikan kabar baik tentang munculnya hujjah (al Mahdi)” ( Hadist Riwayat Ahmad )

– Kitab At-Taisir…

Muhammad ibnu Abbas : ” Pria yang namanya memakai nama binatang tidak lain adalah Raja Arab Saudi yang wafat pada tahun 2005 yaitu Raja Fahd (Cheetah/Leopard), Dan kondisi fisik yang Kekasihku terangkan sama persis dengan kondisi fisik yang ada dalam dirinya. Dan yang akan menggantikannya tentulah Raja Arab saudi yang saat ini memimpin Kabilahnya yaitu Raja Abdullah, sungguh celakalah orang yang mengikutinya karena dia beraqidah dengan Aqidah yang Syekh Muhammad bin Abdul Wahab bawa, Abdul Wahab adalah salah satu tanduk setan setelah Musailamah Al-Khadzab, celaka orang mengikutinya, celaka orang yang berpegang teguh padanya, dan celaka orang yang taat padanya.. Adapun yang menentangnya sungguh dia adalah Kabar bahagia yang Rasulullah saw memanggilnya sebagai Hujjah, Yaitu Khalifah Allah, pemimpin para Wali, pemimpin Umat Muhammad di akhir zaman, Imam Al-Mahdi ”

___Tanda sebelum kemunculannya…

Rasulullah Saw bersabda, “Akan berperang tiga orang di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putra khalifah. Tetapi, tak seorangpun di antara mereka yang berhasil menguasainya. Kemudian muncullah bendera-bendera hitam dari arah Timur, lantas mereka memerangi kamu (orang Arab) dengan suatu peperangan yang belum pernah dialami oleh kaum sebelummu. Maka jika kamu melihatnya, berbaiatlah kepadanya walaupun dengan merangkak di atas salju, karena dia adalah khalifah Allah Al-Mahdi.” [HR. Ibnu Majah: Kitabul Fitan Bab Khurujil Mahdi no. 4074). Mustadrak Al-Hakim 4: 463-464. Dan dia berkata, “Ini adalah hadits shahih menurut syarat Syaikhain.” ( An-Nihayah fit Firan 1:29]

Khalifah ada 12 Orang

Khalifah Ada 12 Orang

Dari Jabir bin Samurah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda,

“Setelah peninggalanku nanti akan ada dua belas orang Amir (Khalifah).” Jabir berkata,

“Kemudian baginda bercakap sesuatu yang tidak kufahami, lalu aku bertanya kepada bapaku,

lalu dia berkata, “Mereka semuanya dari golongan Quraisy.”

(At-Tarmizi)

Raden Muhammad Bin Abbas At-Tamimi : “Berdasarkan hadits yang sudah bertaraf hasan shahih itu kita menjadi mengetahui bahwa selepas kewafatan Rasululah s.a.w  itu akan ada 12 Imam, mereka haruslah dari keturunan Quraisy seperti yang Rasulullah sebutkan, dan mereka haruslah adil, tetapi tidak harus maksum, mereka hanya harus mencoba untuk tidak melakukan kesalahan, karena Amir adalah cerminan bagi Rakyat kaum muslimin.”

Raden Muhammad Bin Abbas At-Tamimi : “Sesungguhnya yang harus lebih mengkaji hadits ini adalah Ulama Ahlu Sunnah, karena salah seorang dari mereka (Syiah) bernama Syeikh Sulaiman al-Balkhi dalam kitabnya Yanabi’ul Mawaddah yang masyur itu, muka surat 447 menafsirkan hadits diatas dengan didasari rasa benci dan dendam terhadap Abu bakar, umar, utsman, dan muawwiyah.Sesunguhnya perasaan bencinya telah mengalahkan ilmunya, sehingga beliau  menafsirkan hadits diatas tidak didasari dengan ilmu. ini adalah uraian yang ditulis Syekh tersebut :

“Hadis Imam Dua Belas tidak sesuai jika dimaksudkan dengan Khulafa ur-Rasyidin kerana mereka kurang daripada dua belas (orang). Dan juga tidak sesuai dengan khalifah-khalifah dari Bani Umaiyah kerana mereka lebih daripada dua belas (orang). Semua mereka adalah zalim kecuali (Khalifah) Umar bin Abdul Aziz, dan mereka bukan pula (dari) Bani Hasyim, kerana Nabi bersabda, “Semua mereka mestilah dari Bani Hasyim.” Dan ia tidak sesuai dengan khalifah-khalifah dari Bani Abbas, kerana mereka lebih dari dua belas (orang). Mereka juga menindas anak cucu Rasulullah dan melanggar perintah Al-Quran.

“Oleh itu, satu cara untuk menafsirkan hadis itu ialah dengan menerima bahawa dua belas Imam itu adalah dari Ahlulbait Rasulullah, kerana merekalah yang paling alim, paling takwa, mempunyai sifat-sifat yang paling baik, paling tinggi nasabnya dan lebih mulia pada sisi Allah. Ilmu-ilmu mereka diambil dari bapa-bapa mereka yang bersambung dengan datuk mereka iaitu Nabi Muhammad SAW.”

 

Berkenaan dengan uraian Syekh Sulaiman tersebut ,salah satu  Kitab Ahlu sunnah wal jamaah (Aqaid Nasafiyah) menjawab pernyataan Syekh syiah tersebut, :

“Selepas para nabi, yang paling afdhal di kalangan manusia ialah Abu Bakar as-Siddiq, kemudian Umar al-Faruq, kemudian Osman Zunnurain, kerana dia berkahwin dengan dua orang puteri baginda SAW, kemudian Ali, Radhiyallahu ‘Anhum.

“Khilafah mereka mengikut tertib ini, dan khilafah berlangsung selama 30 tahun, selepas itu timbul raja-raja dan amir-amir.

“Hendaklah imam muslimin itu zahir, bukan ghaib dinanti-nanti akan muncul, dan dia hendaklah dari kalangan orang-orang Quraisy; dan dia bukan hanya datang dari keturunan Bani Hasyim dan bukan hanya dari anak cucu Ali.

“Dan tidaklah syarat imam itu seseorang yang maksum, dan tidak disyaratkan dia itu merupakan peribadi terbaik pada sesuatu zaman itu.”

 

Syekh Hawari Bin Abdul Malik : “Saya memasukkan semua nama itu, kerana yang demikian itu ada disebutkan oleh hadishadis, atau sekurang-kurangnya oleh para sahabat RA, bukan sekadar andaian semata-mata. Maknanya, nama mereka dan naiknya sebagai pemerintah telah disebutkan oleh Nabi SAW dan para sahabat RA dalam keadaan tercerai-cerai, satu persatu dan hakikat inilah yang gagal ditangkap maksudnya oleh para ulama dan sejarawan Islam itu.

1. Khalifah Abu Bakar as-Siddiq RA. Baginda adalah khalifah yang pertama dan ditunjuk oleh baginda SAW secara tersirat. Beliau adalah sebaik-baik umat Nabi Muhammad SAW sepanjang zaman. Datang dari keturunan Bani Tamim, iaitu dari kaum Quraisy. Naiknya sebagai pemerintah telah disebutkan oleh Nabi SAW secara umum, dan secara tersirat juga. Umurnya sama panjang dengan umur Nabi SAW.

2. Khalifah Umar bin al-Khattab RA. Orang yang paling tinggi ilmu ketuhanannya di kalangan umat Islam dan merupakan Sahibul Zaman untuk zamannya. Datang dari Bani Adi, iaitu salah satu puak dari kaum Quraisy. Pelantikannya sebagai khalifah dibuat oleh sebaik-baik umat Muhammad SAW dan sudah dibayangkan oleh beberapa buah hadis. Umurnya juga sama panjang dengan umur Rasulullah SAW.

3. Khalifah Osman bin Affan RA. Paling dermawan dan lembut hati kerana Allah. Datang dari Bani Umaiyah yang terkenal sebagai golongan pentadbir di kalangan puak Quraisy. Juga telah disebutkan naiknya sebagai pemerintah dan matinya sebagai syahid juga sudah disebutkan. Beliau adalah salah seorang yang dijamin syurga.

4. Khalifah Ali bin Abi Talib KMW. Paling alim di kalangan umat Nabi Muhammad SAW. Sepupu Nabi SAW. Semestinyalah dari kaum Quraisy juga. Naiknya sebagai pemerintah memang sudah masyhur seantero alam, walaupun tanpa bantuan dari puak Syiah. Dari keturunan beliaulah lahirnya Imam Mahdi yang selalu disebut-sebut oleh orang ramai itu.

5. Sayidina Hasan bin Ali RA. Amat minoriti sejarawan Islam yang memasukkan namanya sebagai Khulafa ur-Rasyidin kelima, selepas Sayidina Ali KMW. Tempoh pemerintahannya yang amat pendek itu menyebabkan namanya ‘terkeluar’ daripada senarai Khulafa ur-Rasyidin. Jika dimasukkan juga, masih tidak bercanggah dengan tempoh yang ditetapkan oleh hadis sahih yang menyatakan tempoh pemerintahan Khulafa ur-Rasyidin yang selama 30 tahun itu.

6. Sayidina Muawiyah bin Abu Sufian. Merupakan sahabat Nabi SAW, walaupun lambat Islamnya. Diangkat sebagai salah seorang penulis wahyu. Datang dari Bani Umaiyah. Dan Bani Umaiyah itu memang salah satu suku yang terkenal di kalangan kaum Quraisy. Naiknya sebagai khalifah sudah disebutkan oleh Nabi SAW secara tersurat di hadapannya sendiri dengandisaksikan oleh Ummu Habibah RA. Beliau adalah tokoh sejarah yang amat kontroversi dan ramai ahli sejarah yang ‘terluncur pena’ lalu mengutuknya dari segenap penjuru, sedangkan beliau adalah sahabat Nabi SAW juga. ‘Perangainya’ yang kurang dipersetujui oleh ahli sejarah sebenarnya adalah dari segi ijtihad politik sahaja, bukan dari segi agama. Ini perlu dibezakan dan diketahui baik-baik. Sayangnya, perkara inilah yang gagal diperhatikan dan gagal pula difahamioleh sejarawan sehingga mereka menerima sahaja riwayat-riwayat Syiah yang memburuk-buruk dan mengutuknya sehabis-habis hati.

7. Sayidina Abdullah bin az-Zubair RA. Anak kepada Zubair bin Al-Awwam RA. Anak angkat kepada Ummul Mukminin Sayidatina Aisyah RA. Pemerintahannya cuma di Makkah tetapi naiknya sebagai pemerintah sudah disebutkan oleh para sahabat RA. Matinya sebagai syahid juga sudah disebutkan oleh mereka. Disayangkan, ramai ahli sejarah Islam dan pengkaji yang turut terluncur pena’ dengan menyatakannya sebagai pemberontak kepada kerajaan Bani Umaiyah. Maka banyaklah riwayat batil mengenai dirinya diambil oleh para sarjana tanpa memeriksa betul tidaknya riwayat itu, dan tanpa mengira siapa peribadi yang mereka kutuk itu. Juga datang dari kalangan kaum Quraisy yang terkenal.

8. Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Lahir dari pertemuan dua khalifah berketurunan Quraisy iaitu dari keturunan Sayidina Umar al-Khattab RA yang datang dari suku Bani Adi dan dari keturunan Bani Umaiyah yang sedang memerintah ketika itu. Merupakan mujaddid kurun pertama, sekali gus yang memerintah. Itulah yang dikatakan sebagai Sahibul Zaman. Pemerintahannya memang adil walaupun hanya sekejap sahaja dan ini sudah tidak perlu dihuraikan lagi. Kealiman dan kewarakannya amat menakjubkan hati seluruh umat Islam, sejak dahulu hinggalah ke hari ini. Banyak jasanya yang masih diamalkan oleh seluruh umat Islam di serata dunia hingga ke hari ini, dan ini menjadikan beliau seorang khalifah dan ilmuwan sejati yang mengagumkan. Ahli-ahli sejarah tidak jemu-jemu mengorek rahsia hidupnya, dan rahsia kejayaannya, tetapi mereka masih tidak menemui apa-apa.

9. Sultan Muhammad al-Fateh. Walaupun bangsa Turkinya tebal, namanya sudah dinyatakan oleh hadis-hadis yang menyebutkan pembuka Kota Konstantinopel adalah oleh sebaik-baik raja, tenteranya adalah sebaik-baik tentera dan rakyatnya adalah sebaik-baik rakyat. Dikatakan bahawa ibunya adalah datang dari keturunan Quraisy walaupun sudah agak jauh Quraisynya. Beliau adalah raja yang berjiwa sufi, amat taatkan perintah Allah dan amat tawakal kepada Allah, dari segi zahir dan batinnya.

10. Syuaib bin Saleh at-Tamimi. Beliau adalah Pemuda dari Bani Tamim yang terkenal itu. Tidak syak lagi beliau adalah dari keturunan Quraisy kerana demikianlah yang disebutkan oleh hadishadis. Malah dikatakan beliau adalah datang dari keturunan Sayidina al-Hasan RA.Pemerintahannya adalah adil kerana beliau adalah pembuka jalan bagi naiknya pemerintahan Imam Mahdi. Beliau adalah Sahibul Zaman yang bongsu, iaitu penutup bagi sekalian Sahibul Zaman.

11. Imam Mahdi, Muhammad bin Abdullah. Sebaik-baik manusia pada zamannya dan salah seorang yang dijamin syurga. Memang dari keturunan Ahlulbait kerana telah disahkan oleh hadishadis.Naiknya sebagai pemerintah sudah sah, tidak syak lagi, dan beliau amat berhak ke atas jawatan itu atas banyak sebab.

12. Al-Qahtani, pengganti Imam Mahdi selepas kewafatan Imam Mahdi kelak. Pelantikannya sebagai Khalifah sudah disebutkan di dalam hadis-hadis dan disebutkan juga bahawa pemerintahannya tidak jauh berbeza daripada pemerintahan Imam Mahdi. Pembantu kanannya adalah al-Makhzumi, dari keturunan Bani Tamim juga, sama seperti Imam Mahdi yang pembantu kanannya adalah Syuaib bin Saleh, Pemuda Bani Tamim.

Imam mahdi menurut Raden Muhammad Bin Abbas At-Tamimi

Penulis : Rd. Muhammad Bin Permana At-Tamimi
Photo and desain editing by : Muhammad Ghifary
Sabda Nabi SAW,:

“Jika kamu semua melihat Panji-panji Hitam datang dari arah Khurasan, maka sambutlah ia
walaupun kamu terpaksa merangkak di atas salji. Sesungguhnya di tengah-tengah panji-panji itu
ada Khalifah Allah yang mendapat petunjuk.” Maksudnya ialah al-Mahdi.
(Ibnu Majah, Abu Nuaim & al-Hakim)

Imam Al-Mahdi adalah suatu persoalan yang pada saat ini sangatlah awam dikalangan masyarakat dan juga para ulama ahlu sunnah untuk dijadikan bahan ceramah atau disebutkan diatas mimbar pun jarang bahkan tak ada, padahal hadits mengenai munculnya pemimpin akhir jaman ini sangatlah masyur dan jumlahnya sangatlah mutawattir, banyak hadits-hadits perihal imam mahdi yang tergolong shohih, meskipun imam mahdi tidak ada dalam kitab hadits yang sangat terkenal yaitu Shahih Muslim dan Bukhari, tetapi Hadits mengenai munculnya imam mahdi ini banyak diriwayatkan oleh para perawi seperti di Abu dawud, Na’sai, Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim, Abu Nuaim, Ahmad, Ibnu Hibban, dan At-Thabrani.

Meskipun pesoalan imam mahdi ini tidak tercantumkan dalam quran tetapi kita wajib meyakininya, saya berikan contoh mengenai wajibnya sholat 5 waktu, perihal ini diperintahkan didalam hadits dan tidak ada dalam al-quran,
Lalu mengapa imam mahdi juga tidak diyakini?.

Ramai ulama yang meyakini kedatangan imam mahdi seperti Al-Hafiz Abu Husain al-Abiri, Al-Muhaddith Idris al-Iraqi, Imam asy-Syaukani, As-Syeikh al-Arabi, dan masih banyak lagi.
Dan juga ramai pula para sahabat yang meriwayatkan hadits mengenai Al-Mahdi yaitu berjumlah 44 Sahabat RA , dan juga oleh 5 orang tabiin yaitu Said bin Al-Musyayyab RH, Imam Al-Hasan Al-Bashri RH, Qatadah RH, Syahar bin Haushab RH, dan Mumar RH. ..

Ingatlah bahwa urusan Imam Mahdi ini tidak boleh dijadikan rukum iman yang baru, rukun iman kita hanya ada 6, dan imam mahdi ini adalah termasuk dalam Iman terhadap hari kiamat juga, berbeda dengan Syiah yang menjadikan Imam mahdi sebagai bagian dari rukun iman mereka.

Sunan gunung jati pun mengatakan bahwa kebangkitan islam kedua kali akan dipimpin oleh pemimpin yang amat berpegang teguh kepada sorban kanjeng (ekor serban) Nabi Muhammad SAW, maksudnya yang benar-benar mengikuti sunnah Rasulullah SAW yaitu Muhammad Al-Imam Mahdi.

Sikap Umat Islam yang Sepatutnya

Umat Islam adalah umat yang paling pandai, berilmu tinggi, berfikiran matang, berfikiran

jauh, berpandangan luas, berfikiran terbuka, tidak emosional, tidak terburu-buru, mudah dibawa

berunding, akhlak yang terpuji, punya pendirian yang tetap, sikapnya lembut tidak mudah ditarik

tegap tidak mudah digoyang, keyakinannya cukup tinggi dan ilmunya tidak boleh dijual beli. Mereka

mempunyai al-Quran dan hadis untuk dipegang dan diikuti, mereka mempunyai Allah taala untuk

ditaati, dicintai dan ditakuti, dan mempunyai Nabi Muhammad SAW untuk dipatuhi dan disayangi.

Al-Quran sendiri menyuruh setiap umat Islam agar berlaku adil dalam semua perkara, banyak berfikir

dan berakhlak mulia.

Mengenai masalah Imam Mahdi ini, sepatutnya setiap umat Islam, tanpa mengira mazhab

dan pegangan, sama-sama mempunyai pendirian yang jelas, jitu dan alasan yang kukuh. Jangan

terikut-ikut dengan sesuatu yang dirasakan sesuai dengan citarasa dan selera kita sahaja. Islam adalah

agama yang sesuai untuk semua, bukan untuk kita seorang atau berdua sahaja. Setiap pendirian kita

dalam sesuatu masalah sepatutnya berlandaskan ilmu yang hakiki, sesuai pula dengan suasana zaman

yang kita hidup di dalamnya, sesuai pula dengan tahap ilmu dan pemikiran kita sendiri, sesuai dengan

budaya masyarakat yang kita amalkan dan sesuai dengan pemimpin sejati pada zaman kita itu.

Sayangnya, umat Islam pada hari ini berpecah-pecah dan berbeza-beza pendapat dalam

masalah khilafiah Imam Mahdi ini sejak sekian lama, akibat masing-masing tidak mahu mendengar

hujah dan pendapat lawan, tidak mahu tunduk pada kebenaran, tidak mahu memikirkan hujah lawan

dan sentiasa merasakan pendapatnyalah yang amat benar lagi betul. Hati umat Islam sudah terlalu

jauh daripada Tuhannya, sehingga masing-masing sudah tidak merasakan yang mereka diperhatikan

oleh Allah taala. Akibatnya, masalah yang asalnya cuma suku jengkal panjangnya, kini sudah menjadi

lebih sedepa panjangnya. Malah akan terus-menerus menjadi beberapa depa lagi pada masa akan

datang. Tiada jalan penyelesaian yang dapat dicari. Hanya hidayah Allah SWT sahaja yang dapat

menyelamatkan kita dari terus-menerus berada dalam kegelapan perpecahan mengenai masalah ini.

Sikap Pemimpin Jemaah-jemaah Islam yang Sepatutnya

Jemaah-jemaah Islam pada hari ini memang cukup banyak. Ada yang besar dan ada yang

kecil. Ada yang terhad di sesuatu kawasan dan ada yang melangkau ke hampir seluruh dunia. Ada

yang telah panjang usia perjuangan mereka dan ada yang baru berusia tidak sampai setahun jagung.

Ada yang dibenarkan oleh pihak pemerintah dan banyak pula yang ditentang oleh pihak

pemerintahnya sendiri. Ada yang benar-benar mengikut ajaran Ahlus Sunnah dan banyak pula yang

tidak senafas dengan Ahlus Sunnah. Ada yang terkenal dan banyak yang tidak diketahui langsung oleh

orang ramai.

Jemaah-jemaah Islam yang ada pada hari ini umpama kapal-kapal kecil yang belayar ke satu

destinasi yang telah ditetapkan, walaupun masa sampainya tidak ditetapkan. Masing-masing bergerak

mengikut arus yang tertentu dengan tujuan yang sama. Setiap jemaah ini cuba mengembalikan

penghayatan Islam kepada seberapa ramai umat Islam yang mahu kembali kepada Islam. Dalam

melaksanakan cita-cita dan usaha murni ini, sepatutnya tidak timbul rasa iri hati dan marah oleh

sebuah jemaah Islam terhadap jemaah Islam yang lain, yang dilihat lebih terkehadapan dan menonjol

daripada jemaah mereka sendiri.

Lazimnya apabila umat Islam berkumpul dalam sesebuah jemaah kebenaran, maka

terdapatlah di dalamnya orang-orang yang bertaraf wali Allah, atau bertaraf orang saleh, atau bertaraf

mukmin sejati, atau sekurang-kurangnya pun bertaraf muslim yang baik. Maka lazim pula jemaah

berkenaan mendapat bantuan terus daripada Allah dalam pelbagai bentuk, terutamanya karamah atau

sekurang-kurangnya maunah. Maka keberadaan orang-orang begini di dalam jemaah Islam berkenaan

amatlah diperlukan, kerana dengan adanya merekalah turun bantuan-bantuan terus daripada Allah

kepada jemaah berkenaan khususnya dan kepada seluruh umat Islam amnya. Pemimpin jemaah ini

lazim mendapat ilmu-ilmu rahsia daripada Allah. Kerana itu, setiap pemimpin jemaah Islam perlu

membantu memperkenalkan siapa dia pemimpin sejati untuk zaman ini kepada seluruh pengikutnya

dan seluruh umat Islam amnya, sekalipun pemimpin sejati berkenaan bukan datangnya daripada

jemaah pimpinan mereka.

Hal ini perlu diperhatikan kerana secara lazimnya pemimpin-pemimpin jemaah Islam ada

diberi rasa hati yang kuat, ilmu yang tidak ada pada orang ramai dan firasat yang hampir tepat dalam

menentukan siapa pemimpin sejati untuk zaman masing-masing. Hebahan seperti ini adalah perlu

untuk memastikan orang ramai tidak tersilap pilih pemimpin yang akan memimpin mereka. Jangan

biarkan orang-orang yang kita pimpin itu tersalah pilih orang yang akan memimpin mereka dengan

sebenar-benarnya. Orang ramai tidak dapat disalahkan seratus peratus dalam hal ini kerana mereka

tidak mendapat penjelasan yang tepat dan ilmu yang mantap mengenai siapa pemimpin yang perlu

mereka pilih pada sesuatu masa. Maka mereka pun akan memilih ahli-ahli politik yang ada pada masa

mereka sebagai pemimpin mereka, tanpa mengetahui bahawa pada awal kurun ini, Allah sudah

tetapkan pemimpin sejati yang sepatut dan selayaknya menjadi ikutan seluruh umat Islam dan juga

seluruh umat manusia. Peranan pemimpin jemaah Islam amatlah besar dan bererti dalam hal ini, jika

dilaksanakan sepenuhnya.

Pemimpin seperti inilah yang sepatutnya ditonjolkan ke hadapan kerana itu adalah isyarat dan

perintah daripada Nabi SAW yang sangat kita sanjungi dan kita ikuti segala perintahnya. Jangan

biarkan umat Islam terus-menerus tersalah pilih pemimpin, dengan memilih pemimpin yang fasik

atau zalim sebagai pemimpin mereka, atau bukan dari kalangan orang yang benar, sedangkan ini

adalah awal kurun Hijrah. Sesiapa yang memilih pemimpin selain daripada orang yang Allah telah

pilih sebagai pemimpin mereka, maka mereka adalah orang-orang yang sesat dan fasik, serta nyata

zalimnya. Dan orang-orang yang membiarkan dirinya dipilih dan dilantik sebagai pemimpin oleh

umat Islam sedangkan ini adalah awal kurun Hijrah, maka dia adalah orang yang berbuat tiga kali

zalim iaitu zalim terhadap seluruh umat Islam, zalim kepada Allah dan rasul-Nya dan zalim terhadap

pemimpin sejati yang ditentukan oleh Allah itu.

Sikap Para Ulama yang Sepatutnya

Sesiapa yang telah Allah SWT pilih dia menjadi sebagai seorang ulama, patutnya banyakbanyak

bersyukur atas nikmat yang cukup besar itu, yang tidak diberikan-Nya kepada orang lain.

Pemilihan mereka sebagai ulama itu disertakan sekali dengan satu tanggungjawab yang cukup besar

dan berat yang perlu ditunaikan sepenuhnya. Maka kerana itu, mereka mempunyai tanggungjawab

yang cukup besar, iaitu untuk menunaikan amanah sebagai ulama itu dengan penuh ikhlas, atau

bersedia menerima azab neraka yang paling pedih jika amanah itu disia-siakan. Azab neraka untuk

para ulama yang suk adalah jauh lebih dahsyat dan berat daripada azab yang diterima oleh seorang

penzina, dan akan dicampakkan ke dalam neraka lima ratus tahun lebih awal daripada seorang

penyembah berhala.

Para ulama adalah orang yang paling tahu selok-belok agama Islam di kalangan umat ini.

Sikap ulama yang membisu daripada memperkatakan masalah ini secara terus terang dan berani,

menyebabkan umat Islam menjadi berpecah belah dan bercanggah pendapat seperti yang dapat kita

lihat pada hari ini. Ulama zaman dahulu berani dan tegas pendirian mereka, didasarkan hujah yang

kukuh dan sukar dibantah lagi. Mereka amat bersikap terbuka dan sedia mendengar pendapat dari

pelbagai pihak, sekali pun dari pihak yang lemah dan kecil, atau dari pihak yang sedia diketahui akan

kesesatannya. Setiap pendapat itu mereka timbang dengan berhati-hati dan penuh teliti, sesuai dengan

kedudukan mereka sebagai seorang ulama, bukan sekadar seorang sarjana dan cendekiawan sematamata.

Pendapat mereka itu dibukukan untuk tatapan umat sezaman dan juga untuk panduan

generasi kemudian. Mereka menjelaskan perkara yang hak sebagai hak, dan yang batil sebagai batil.

Ilmu dan ijtihad mereka sesuai untuk umat Islam pada zaman mereka, walaupun kebanyakannya

masih lagi boleh diguna pakai oleh umat zaman ini. Mereka telah mendapat sekurang-kurangnya satu

pahala kerana ijtihad mereka itu, yang dibuat berdasarkan segenap ilmu, keupayaan dan kesesuaian

yang diperlukan pada zaman itu.

Mereka tidak terikat atau cenderung kepada mana-mana pihak, baik dari pihak pemerintah

mahupun pihak lain yang cuba mengambil kesempatan. Mereka mengeluarkan pendapat dan ijtihad

dengan penuh rasa tanggungjawab terhadap Allah, agama Islam, umat Islam dan dirinya sendiri. Niat

mereka begitu ikhlas dalam ijtihad mereka. Hasilnya, mereka sangat dimuliakan oleh Allah SWT, juga

sangat dihormati oleh sekalian umat Islam, amat didengki oleh ulama zahir yang sezaman dan sangat

ditakuti oleh para pemerintah pada masa mereka hidup. Nama mereka terus hidup dan segar

sepanjang zaman, malah mekar mewangi dalam setiap hati sanubari umat Islam walau di mana sahaja.

Hujah dan alasan mereka tetap tidak terpatahkan oleh lawan, walaupun cuba dikumpulkan segenap

hujah dari sekian ramai cendekiawan dan sarjana sekalipun. Ini tidak lain tidak bukan adalah kerana

keikhlasan mereka dalam berijtihad tadi, yang dilakukan dengan penuh rasa tanggungjawab.

Ulama dahulu mampu membentuk dan mencorak umat Islam keseluruhannya, dijadikan role

model oleh setiap umat dalam setiap aspek kehidupan. Pakaian mereka sahaja sudah dapat

membezakan mereka daripada orang awam, dan orang awam meniru bentuk pakaian yang dipakai

oleh ulama tadi dan menganggapnya sebagai suatu sunnah. Rumah tangganya menjadi uswatun

hasanah dan dirujuk oleh orang awam sebagai keluarga contoh. Ibadah mereka diikut oleh para abid

dan solihin, malah orang awam pun menjadi banyak ibadah mereka kesan mengikut banyaknya

ibadah para ulama yang mereka contohi tadi. Wirid zikir mereka tidak terkirakan lagi banyaknya,

tasbih tidak lekang dari tangan mereka. Tawakal mereka setinggi gunung, sehingga mereka tidak lagi

risau dengan rezeki mereka dan ini turut diikut oleh orang awam, sehingga yang miskin menjadi redha

dengan rezeki mereka yang sedikit.

Dengan berbuat begini, barulah para ulama akan dihormati semula oleh semua pihak. Umat

akan merujuk segala permasalahan mereka, dari yang sebesar-besarnya hinggalah kepada yang sekecilkecilnya

kepada institusi ulama yang bebas, berwibawa dan tegas ini. Dengan ini, diharapkan agar

institusi ulama akan diangkat semula ke kedudukannya yang asal dan sepatutnya untuk mereka –

bebas, berkecuali, berwibawa dan amat dihormati. Namun, adakah mana-mana ulama hari ini yang

bersih lidahnya daripada berkata-kata yang tidak perlu? Mana dia ulama yang mempunyai segala ciriciri

di atas pada zaman ini? Mana dia ulama yang boleh dijadikan role model untuk diikut oleh

sekalian umat Islam pada zaman ini? Tunjukkan siapa dia orangnya.

Seterusnya sikap seperti ini mampu membuka minda seluruh umat Islam terhadap

kedudukan sebenar soal khilafiah ini, dan ranting-ranting masalah yang berkaitan dengannya.

Akhirnya setelah semuanya mendapat kefahaman yang jitu dan pasti, seluruh umat akan bersatu hati,

bersatu fikiran dan bersatu tenaga membangunkan Islam ini. Tidakkah itu hasil yang kita idamidamkan

selama ini? Sayang sekali kerana para ulama yang ada tidak bersuara. Atau jika bersuara pun,

hanya menyentuh soal-soal yang selamat, yang tidak menyinggung pihak pemerintah terutamanya.

Para ulama juga tidak bersatu hati dan bersatu jiwa raga sepenuhnya. Mereka hanya mampu bersatu

dari segi zahir iaitu mengikut persatuan-persatuan ulama yang mereka masuki sahaja, tidak dari segi

fikrah, kefahaman, penghayatan, pengamalan dan matlamat.

Oleh itu, sebagai panduan am kepada para ulama khususnya dan bakal ulama amnya, penulis

sertakan di sini beberapa panduan paling asas yang patut menjadi renungan kita bersama, kemudian

sama-sama diamalkan dengan bersungguh-sungguh iaitu:

1. Jika ulama sendiri hatinya amat jauh daripada Tuhan, maka para pemimpin dan rakyat

langsung tidak ada Tuhan di dalam hatinya.

2. Jika ulama sendiri mencari dunia, maka pemimpin dan rakyat akan mengejar dunia sungguhsungguh.

3. Jika ulama tidak dapat dijadikan model ikutan, pemimpin dan rakyat akan meninggalkan

ulama dan mengikut para penyanyi dan pelakon sebagai model ikutan mereka.

4. Jika ulama pintu hatinya tertutup daripada hidayah Allah, pemimpin dan rakyat akan mati

hati mereka daripada mendapat hidayah Allah.

5. Jika ulama tidak mendapat hidayah, segala ungkapannya terhadap pemimpin dan rakyat akan

menjadi seperti mencurahkan air ke atas kulit telur burung kasawari.

6. Jika ulama malu beramal dengan amalan sebenar Islam, pemimpin dan rakyat akan tidak

mahu lagi beramal dengan sunnah.

7. Jika ulama sudah tidak takutkan Allah, pemimpin hilang takut kepada ulama dan rakyat akan

hilang segan kepada ulama.

Para ulama sepatutnya melihat keadaan masyarakat yang amat kronik pada hari ini dan berasa

amat risau dengan apa yang telah berlaku. Ingatlah, apa yang berlaku pada hari ini adalah akibat

daripada sikap para ulamanya yang tidak berjihad pada jalan Allah dengan sungguh-sungguh. Mereka

sepatutnya melihat apa yang berlaku di atas dan apa yang terjadi di bawah. Kalau tidak terasa apa-apa

pada lubuk hatinya, itu tandanya hati ulama itu telah benar-benar mati daripada mendapat hidayah

Allah. Kita pasti akan ditanya apa yang telah kita lakukan untuk memperbaiki kerosakan umat yang

berlaku pada hari ini.

Apabila pemimpin yang di atas sudah rosak, itu tandanya bahawa institusi ulama sudah rosak.

Hadis Nabi SAW ada menyebutkan bahawa rosaknya pemimpin adalah dikeranakan oleh rosaknya

para ulama. Sekiranya institusi ulama tidak rosak, para pemimpinnya juga pasti tidak akan rosak. Jika

rosak pun, tidaklah seteruk yang berlaku pada hari ini. Hal ini sudah dijelaskan oleh baginda SAW

sejak awal-awal lagi. Jika ulamanya bertakwa, pasti para pemimpinnya akan menjadi pemimpin yang

baik kepada rakyat. Kemudian, apabila rakyat biasa sudah rosak, malah amat kronik pula keadaannya,

maka ketahuilah bahawa itu dikeranakan oleh rosaknya pemimpin mereka tadi, dan kita telah ketahui

bahawa rosaknya pemimpin disebabkan oleh rosaknya para ulama.

Maka jelaslah di sini, ulamalah yang memikul tugas yang amat berat dan besar, yang

diletakkan di atas pundak mereka oleh Allah. Allah tidak berikan mereka kelebihan ilmu-Nya secara

percuma atau tanpa tanggungjawab yang menyertainya. Oleh itu, berbahagialah sesiapa yang

menerima kelebihan ilmu-Nya dan berbahagialah pula orang yang diberi kemampuan menunaikan

amanah-Nya itu. Maka fikirkanlah semua ini wahai orang yang berstatus ulama!

Bagaimanakah caranya untuk mengatasi semua masalah yang amat besar, rumit dan payah

ini? Jawapannya ialah dengan kembali semula kepada apa yang diperintahkan oleh baginda SAW di

dalam hadisnya iaitu mencari siapa dia pemimpin yang telah Allah tunjukkan untuk zaman ini. Kita

masih lagi berada pada awal kurun Hijrah. Oleh itu, marilah kita cungkil semula hadis-hadis yang

berkaitan dengan peristiwa akhir zaman. Semoga dengan itu kita akan dapat mencari, mencungkil,

membuka dan menjawab persoalan penting; Siapa dia pemimpin yang ditunjuk itu untuk zaman

kita ini? Hanya dengan mendapatkan orang yang Allah telah utuskan untuk memimpin umat pada

zaman ini sahajalah tanggungjawab yang sedang dipikul (sebenarnya mereka sudahpun tidak terpikul!)

oleh para ulama ini dapat dialihkan kepada pemimpin itu. Hanya dia sahaja yang mampu

menyelesaikan tugas yang tidak terpikul oleh para ulama itu, biar pun mereka berkongsi beramairamai

untuk cuba memikulnya.

Setelah itu, tunjukkan dan hebahkan kepada orang ramai bahawa inilah dia pemimpin yang

ditunjuk oleh Allah untuk sekalian manusia pada zaman ini, supaya mereka dapat mengenalinya,

melihatnya, mentaatinya dan menjadikan dia sebagai pemimpin mereka. Dengan itu, para ulama boleh

tidur dengan aman damai dan selesa di dalam rumah masing-masing kerana beban mereka sudah

terlepas dan jika mati pun, bolehlah mati dengan senyuman dan wajah yang berseri-seri. Insya-Allah

akan selamat pula di dalam kubur dan selamat juga di akhirat sana. Tidakkah semua ini menjadi

impian emas (golden dreams) kita sebagai seorang ulama? Jika semua ini tidak ada, apa peranan kita

sebenarnya? Oleh itu, carilah jalan dari mana kita hendak bermula. Ingatlah, perjalanan yang jauh

bermula daripada langkahan yang pertama. Jika tidak mula melangkah, kita tidak akan sampai ke

mana pun.

Sikap Para Sarjana dan Cendekiawan Islam yang Sepatutnya

Para sarjana dan cendekiawan Islam adalah orang yang mempunyai ilmu yang mendalam bagi

sesuatu matan (cabang) ilmu, mengkaji sesuatu isu secara mendalam dan adil, tanpa menyebelahi

mana-mana pihak, tidak mencari sebarang kepentingan, kemudian mengeluarkan teori-teori dan

resolusi-resolusi yang dirasakan terbaik, hasil daripada pemikirannya sendiri atau cantuman beberapa

pemikiran, berusaha membantu memajukan umat Islam dalam serba-serbi, terutama dari segi

zahirnya dengan segenap ilmu yang ada pada mereka. Mereka dianggap sebagai golongan yang

profesional dalam bidang dan pengkhususan mereka itu. Demikian secara ringkas maksud sarjana dan

cendekiawan Islam menurut pandangan penulis.

Namun, itu hanyalah benar di atas kertas sahaja, tidak selalunya benar di dalam realiti

kehidupan. Sebab itu kita dapati banyak sarjana dan cendekiawan yang menyalahi etika

kesarjanaannya atau kecendekiawanannya. Mereka tidak mengkaji sesuatu isu dengan teliti, tidak

secara mendalam, selalu berat sebelah, mempunyai kepentingan tertentu, penuh syak wasangka

terhadap pendapat pihak lain yang tidak bersesuaian dengan pendapatnya, hanya mengemukakan

pendapat satu-satu pihak sahaja dan tidak begitu berusaha memajukan seluruh umat Islam. Mereka

lebih mementingkan kebajikan golongan-golongan tertentu yang dihadapkan persoalan ini dan lazim

pula memandang rendah terhadap umum umat Islam kerana berasakan ilmu orang awam itu tidak

setaraf dengan ilmu mereka, atau tidak sematang ilmu mereka. Ilmu mereka jarang yang dapat

dipraktikkan dalam kehidupan sebenar bermasyarakat. Ilmu mereka sesuai dibincang dalam forumforum,

seminar-seminar atau bengkel-bengkel kerana bentuk-bentuk demikian lebih sesuai untuk

mereka melontarkan teori demi teori, pendapat demi pendapat dan gagasan demi gagasan.

Sikap seperti ini hanya menyebabkan berlaku satu jurang yang amat besar dan dalam antara

golongan sarjana ini dengan umat Islam umum. Antara satu golongan terhadap golongan yang lain,

saling memandang rendah terhadap golongan yang satu lagi. Masing-masing menaruh syak wasangka

dan kata-mengata di belakang. Jika bertemu, sudah tidak terasa kemesraan antara kedua-dua golongan

ini, tidak masuk ke hati. Cakap-cakap golongan sarjana dan cendekiawan ini sudah tidak berbisa lagi,

tidak tajam dan tidak mampu menusuk ke lubuk hati umat Islam. Mereka dan pendapat mereka tidak

dianggap berwibawa dalam soal agama, baik soal agama yang besar-besar, apatah lagilah dalam soalsoal

yang lebih kecil. Ilmu mereka besar tetapi cakapnya tidak setajam mata pedang. Taraf mereka

tidak lebih daripada seorang biasa sahaja. Pakaian zahir mereka pun sudah cukup untuk membuktikan

kebenaran hal ini.

Dalam soal Imam Mahdi ini, para sarjana dan cendekiawan Islam tidak berani lagi

memperkatakannya secara terus terang, takut nanti dikata sebagai golongan yang mundur, percaya

kepada dongeng dan sebagainya. Sebab itu para sarjana hari ini cuba menafikan kemunculan Imam

Mahdi dengan pelbagai alasan. Kesannya, umat Islam dilontarkan dengan pendapat satu-satu

golongan sahaja, iaitu golongan yang tidak percaya kepada kemunculan Imam Mahdi. Para sarjana

dan cendekiawan kelihatan cukup takut terhadap tekanan dan ancaman dari pihak pemerintah yang

memerintah di negara masing-masing. Jika diperkatakan juga, disampaikan dengan penuh lemah

lembut dan berlapik tujuh lapis. Tiada yang berani memperkatakannya secara terperinci atau lengkap,

takut nanti ada pihak yang akan tersinggung.

Sepatutnya merekalah golongan yang paling berani memperkatakan soal ini, supaya umat

Islam tidak terus-terusan berpecah dan bertelagah. Merekalah sepatutnya golongan yang menyatukan

seluruh hati umat Islam, fikiran umat Islam dan kefahaman umat Islam mengenai soal Imam Mahdi

ini. Hal ini dikeranakan mereka mempunyai cukup segala peralatan dan kemudahan untuk membuat

kajian dan penelitian dalam usaha menyatukan umat. Mereka juga mempunyai segala kepakaran untuk

memikirkan resolusi terbaik dalam usaha penyatuan pendapat ini. Mereka juga mendapat biaya yang

mencukupi untuk menjalankan usaha ini. Mereka juga mempunyai jaringan yang cukup luas dan

sokongan dari pelbagai pihak dalam menjalankan kajian mereka.

Sebarang pendapat mereka dapat pula disiarkan secara penuh dan bebas dalam semua jenis

dan bentuk media yang terdapat di dalam sesebuah negara itu, malah boleh pula disebarkan ke

seluruh dunia Islam dan kepada seluruh umat Islam di mana sahaja mereka berada. Sayangnya, hal ini

rupa-rupanya tidak berlaku dan insya-Allah tidak akan berlaku. Rupa-rupanya Allah SWT telah

menentukan bahawa agama Islam ini tidak akan dibangunkan oleh golongan ini. Keadaan semasa dan

sejarah silam mengajar kita mengenainya melalui bukti-bukti yang nyata. Ilmu yang mereka miliki

rupa-rupanya tidak mampu membantu mereka membangunkan umat Islam, ilmu yang banyak itu juga

tidak mampu memperkasakan iman mereka dan iman anak-anak didik mereka.

Sekiranya benar pendapat bahawa Islam dimiliki dan ditinggikan oleh golongan sarjana dan

cendekiawan Islam ini, mengapa para siswazah yang keluar dari universiti dalam jurusan pengajian

Islam, masih tidak kenal Tuhan, tidak cinta kepada Tuhan, tidak sayang kepada Tuhan, tidak beradab

dengan Tuhan, masih tidak mampu membangunkan Islam di dalam diri dan jiwa raganya? Mengapa

para siswazah ini dilihat dan dianggap sama sahaja tarafnya dengan siswazah dari jurusan ekonomi

atau jurusan perakaunan? Di mana silapnya?

Jika benar universiti adalah pusat penyebaran Islam, mengapa pakaian pensyarahnya, baik

lelaki mahupun perempuan, tidak lebih hebat dan bertakwa daripada pakaian golongan lain yang

bukan dari jurusan Islam? Sepatutnya para pensyarah adalah uswatun hasanah bagi sekalian anak

muridnya khususnya dan sekalian umat Islam umumnya. Bukan pula bererti di sini, penulis seorang

yang antiuniversiti. Menuntut ilmu adalah wajib, dan belajar di universiti adalah salah satu cara untuk

menunaikan kewajipan tersebut. Jika berkemampuan, belajarlah di universiti mana pun dan dalam

jurusan apa pun. Cuma dikesalkan ialah sikap mereka yang mengajar agama, tetapi kelihatan seperti

mahu meruntuhkan agama sendiri melalui bidang agama. Itu sahaja yang dikesalkan. Pensyarahnya

dilihat sebagai bukan seorang yang boleh dijadikan ikutan. Cakapnya tidak bi lisanul hal. Diri,

keluarga, akhlak dan keperibadiannya tidak dapat dicontohi oleh anak muridnya sendiri mahupun

masyarakat awam sebagai uswatun hasanah.

Sikap Para Pemerintah yang Sepatutnya

Pemerintah adalah orang yang diberi tanggungjawab menguruskan segala hal yang berkaitan

dengan umat, dari yang zahir hinggalah yang batinnya, dari hal-hal yang berkaitan dengan dunia

mereka hinggalah kepada soal-soal agama rakyatnya. Semuanya akan dipertanggungjawabkan di

akhirat kelak dan akan ditanya tentang apa yang diuruskan. Oleh itu, tanggungjawab pemerintah

amatlah besar dan berat, tambahan pula pada akhir zaman seperti zaman kita sekarang ini. Dapatlah

dirasakan zaman ini adalah zaman yang cukup berat dan besar tanggungjawab mereka. Ini disebabkan

rakyatnya semakin bertambah dan kemudahan asas juga semakin bertambah. Cengkaman kuasa

kuffar Barat juga kian kuat mencengkam negara mereka.

Mereka bertanggungjawab menguruskan hal-hal kebajikan rakyatnya dari yang zahir

hinggalah yang batin, dari yang sekecil-kecil perkara hinggalah kepada yang sebesar-besarnya. Baik

dan maju umat Islam seluruhnya adalah kerana baik dan majunya pihak pemerintah, manakala buruk

dan rosak umat Islam seluruhnya adalah kerana buruk dan rosaknya pihak pemerintah. Apabila pihak

pemerintah sendiri membiarkan rakyatnya tanpa berusaha mencari jalan menyatukan mereka, umat

Islam akan terus berpecah belah dan berselisih pendapat dalam hampir semua perkara, tanpa dapat

disatukan lagi. Mereka sendiri akan turut disibukkan oleh urusan (yang asalnya) remeh-temeh yang

tidak kunjung putus tanpa dapat lagi menyatukan mereka, dalam erti kata yang sebenar-benarnya.

Itulah kegagalan sejati pihak pemerintah dalam hal ini, suatu hal yang dianggap kecil tetapi

tetap tidak mampu diselesaikan. Mungkin kerana dilihat sebagai terlalu kecil, maka hal ini terbiar

begitu sahaja tanpa sebarang usaha untuk menyelesaikannya. Malah pihak pemerintah sendiri yang

dilihat seolah-olah mahu masalah ini terus bermaindi kalangan rakyat, agar mereka lupakan sejenak

masalah politik dalam negara yang sedang hebat bergolak itu. Untuk meredakan sekejap kemarahan

rakyat terhadap mereka, rakyat dibiarkan terus bermain dengan soal Imam Mahdi ini.

Mereka juga amat sensitif terhadap masalah Imam Mahdi ini kerana apabila Imam Mahdi

keluar nanti, habislah kekuasaan mereka dirampas oleh Imam Mahdi tersebut. Segala penat lelah

mereka selama ini menjadi sia-sia sahaja, kekayaan yang mereka kumpulkan akan diambil oleh Imam

Mahdi tanpa dapat disorok-sorok lagi. Segala rahsia kejahatan mereka akan terbongkar habis hingga

ke akar-akar umbinya sekali, dan ini pasti memalukan mereka. Apabila Imam Mahdi keluar nanti,

pengaruh mereka terhadap rakyat yang susah payah dibina selama bertahun-tahun ini akan musnah

sirna di telapak kaki Imam Mahdi dalam sekelip mata sahaja, hingga akhirnya mereka tidak

mempunyai sebarang pengaruh lagi. Itulah bayangan hantu Imam Mahdi bagi mereka yang banyak

dosa.

Sepatutnya setiap pemerintah kenalah sedar bahawa ini adalah zaman Imam Mahdi, bukan

lagi zaman mereka. Maka Imam Mahdilah yang paling berhak ke atas pemerintahan semua negara

Islam di dunia ini. Beliaulah yang paling berhak memerintah ke atas seluruh dunia kerana sudah

disebutkan oleh hadis-hadis yang cukup banyak, sehingga sudah melepasi tahap hadis mutawatir.

Sepatutnya setiap pemerintah mentaati suruhan Rasulullah SAW itu, kerana isyarat yang diberi sudah

cukup jelas dan terang untuk difahami oleh semua orang, terutama pemerintahnya. Berilah laluan

kepada Imam Mahdi untuk naik, jika kita benar-benar taatkan Allah SWT dan taatkan setiap suruhan

Rasulullah SAW, serta tidak mempunyai kepentingan duniawi. Barulah kita diiktiraf sebagai seorang

umat yang baik dan akan dibalasi dengan yang lebih baik pula. Nilaian dunia ini dengan akhirat nanti,

apalah sangat nilainya. Kita tidak rugi sedikit pun. Mungkin kehilangan kuasa dan pengaruh untuk

seketika di dunia ini, tetapi tidak di akhirat yang kekal abadi.

Dan bagi orang-orang Islam yang sedang memasang cita-cita untuk menjadi pemerintah di

mana-mana negara di dunia pada masa ini, eloklah berfikir sepanjang-panjangnya dahulu. Ingat, ini

adalah masa untuk Imam Mahdi muncul dan memerintah, usahlah kita yang menjadi salah seorang

penghalangnya, biar pun kita mempunyai niat yang baik, untuk mendaulatkan Islam di negara ini,

misalnya. Tugas itu sebenarnya adalah tugas Imam Mahdi dan orang-orangnya yang sangat terpilih,

kerana hal ini sudah disebutkan oleh baginda SAW dalam banyak hadis, bukannya tugas kita yang

entah siapa-siapa ini. Siapa kita yang mahu menggantikan tugas Imam Mahdi itu? Lebih baiklah kita

menjadi pengikut sahaja. Batalkan sahaja niat mahu menjadi pemerintah itu. Kita akan selamat di

dunia ini dan insya-Allah akan lebih selamat lagi di akhirat sana.

Ahli-ahli politik dari pelbagai parti, sama ada yang berbentuk sekular sepenuhnya, lebih-lebih

lagi yang mendakwa ia mendukung parti Islam, perlu ingat bahawa mereka sebenarnya sudah tidak

layak dan tidak mampu untuk memerintah umat Islam pada masa ini. Rasulullah SAW sudah

menyatakan bahawa setiap pemerintah yang naik menggantikan pemerintah sebelumnya, akan

memerintah dengan lebih zalim daripada pemerintah yang digantikannya, yang katanya dahulu adalah

pemerintah yang zalim. Hadis Rasulullah SAW ini perlu direnung kembali dengan sungguh-sungguh

dan dinilai dengan keadaan pemerintah semasa. Buka mata dan minda luas-luas. Lihatlah di seluruh

dunia, terutama dunia Islam, setiap kali turun seorang pemerintah, pasti pemerintah yang

menggantikannya akan berlaku lebih zalim daripada pemerintah yang digantikannya itu. Sehabis-habis

baik pun adalah mereka akan berlaku sama zalim dengan pemerintah yang digantikannya tadi. Ini

hakikat sejarah zaman ini, tidak perlu lihat jauh-jauh sejarah zaman lampau. Fikirkanlah baik-baik

kalau kita benar-benar beriman kepada Allah SWT dan taatkan Rasulullah SAW.

Pihak pemerintah juga sepatutnya berperanan menjelaskan kepada sekalian rakyat akan

konsep Imam Mahdi ini kepada sekalian rakyat dengan sejelas-jelasnya. Jika perkara ini dijelaskan

dengan panjang lebar dan baik, pastilah sekalian rakyat akan dapat disatukan dan perpecahan dapat

dielakkan. Mereka juga akan menjadi umat yang lebih maju dalam segala hal dan lebih soleh daripada

sebelumnya. Apabila rakyatnya sudah mencapai taraf soleh, akan berkurang pula masalah-masalah

jenayah dan gejala sosial yang lain. Keberkatan dari Tuhan juga turun kepada kita semua. Dan ini

sebenarnya amat menguntungkan pihak pemerintah itu sendiri. Sayang, pihak pemerintah lebih suka

menggunakan jalan yang amat jauh dan berliku, walaupun jalan pintas yang lurus sudahpun

terbentang di depan mata.

Orang-orang yang diberi kuasa memerintah juga hendaklah memberi ruang yang lebih

kepada ulama untuk bersuara, menjelaskan perkara sebenarnya kepada seluruh rakyat, siapa dia Imam

Mahdi itu, di mana munculnya, bila munculnya, apa tanda-tandanya, apa ciri-ciri pengikutnya dan

sebagainya lagi. Apa yang berlaku hari ini ialah, para ulama ditekan-tekan dengan pelbagai cara, dari

yang sehalus-halusnya hinggalah kepada yang sekasar-kasarnya. Para ulama dikategorikan oleh

pemerintah kepada yang taat, yang berkepentingan, yang suka melawan, yang berkecuali dan yang

keras kepala. Ulama kerajaan adalah ulama yang dilihat mempunyai kepentingan peribadi atau poket

sendiri. Ulama yang lain dikategorikan sebagai ulama yang suka melawan.

Maka tindakan yang diambil terhadap mereka adalah berdasarkan kategori-kategori yang

telah ditetapkan tadi. Di Malaysia, golongan ulama yang menentang kerajaan akan digam mulutnya,

atau diikat kaki tangannya sehingga mereka tidak bebas bergerak dan bersuara. Jika di negara-negara

lain, ulama yang berani bercakap menyatakan salah itu dan ini, ramai yang ditembak mati secara gelap.

Hal ini memang sudah lama berlaku, sehingga akhirnya para ulama yang ada tenggelam dan terbiar.

Tidak ada orang yang berani menghampiri mereka, kerana takut dikatakan sebagai tali barut ulama

berkenaan atau sekurang-kurangnya penyokong ulama itu tadi. Tindakan ini juga adalah usaha untuk

menyelamatkan nyawa si ulama berkenaan, agar tidak ditembak mati secara gelap.

Mereka perlu ingat bahawa tugas mereka terhadap rakyat ialah membawa dan memimpin

mereka menuju kepada Tuhan. Tugas mereka bukan semata-mata memenuhkan keperluan fizikal

rakyatnya. Keperluan fitrah manusia kepada Tuhannya adalah perkara paling perlu dan paling utama.

Di situlah terletaknya kunci sebenar perpaduan seluruh umat Islam, sama ada di dalam negara

mereka sendiri ataupun di seluruh dunia Islam. Tugas mengenalkan Tuhan ini tidak terletak pada

bahu ulama semata-mata. Sebagai panduan, berikut ini diberikan beberapa perkara dan alasan, jika

kita sebagai pemerintah mengabaikan tugas mengenalkan hati manusia kepada Tuhan yang sejati.

1. Kalau dengan Tuhan pun mereka tidak kenal, dengan pemerintah lagilah mereka akan buatbuat

tidak kenal. Kalau kenal pun, hanya kerana ada kepentingan sendiri. Jika tiada

kepentingan, tidak ada sesiapa pun yang kenal siapa pemerintahnya.

2. Kalau dengan Tuhan pun mereka tidak tahu bersyukur, dengan pemerintah lagilah mereka

tidak tahu bersyukur dan berterima kasih.

3. Kalau dengan Tuhan pun mereka tidak beradab, dengan pemerintah lagilah mereka tidak

tahu beradab.

4. Kalau dengan Tuhan pun mereka sanggup melawan (derhaka), dengan pemerintah lagilah

mereka berani melawannya.

5. Kalau dengan Tuhan pun mereka tidak peduli, dengan pemerintah lagilah mereka tidak

peduli.

6. Kalau dengan Tuhan pun mereka boleh lupa, dengan pemerintah lagilah mereka lupa.

7. Kalau dengan Tuhan pun mereka tidak boleh bersabar, dengan pemerintah lagilah mereka

tidak sanggup bersabar.

8. Kalau dengan Tuhan pun mereka marah-marah, dengan pemerintah lagilah mereka mudah

marah.

9. Kalau dengan Tuhan pun mereka tidak amanah, dengan pemerintah lagilah mereka tidak

amanah.

10. Kalau nasihat Tuhan pun mereka tinggalkan, nasihat pemerintah lagilah mereka tidak ambil

langsung.

11. Kalau dengan Tuhan pun mereka boleh letakkan di belakang, dengan pemerintah lagilah

mereka letak di belakang.

12. Kalau dengan Tuhan pun mereka tidak boleh redha, dengan pemerintah lagilah mereka tidak

tahu redha.

Sikap Orang Ramai yang Sepatutnya

Orang awam adalah golongan yang teramai. Kebanyakan mereka tidak tahu-menahu

langsung mengenai soal Imam Mahdi ini. Mereka juga mudah ditarik ke sana ke mari oleh manamana

golongan pun. Jika pemerintah kata Imam Mahdi itu tidak ada, mereka pun dengan mudah pula

ikut mengatakan bahawa Imam Mahdi itu tidak ada. Jika ada satu golongan lain mengatakan Imam

Mahdi itu ada dan benar, mereka pun ikut kata itu adalah benar dan ada. Kemudian jika ada golongan

lain mengatakan bahawa Imam Mahdi itu mungkin ada dan mungkin tiada, mereka pun ramai-ramai

akan kata bahawa Imam Mahdi itu mungkin ada dan mungkin tiada. Begitulah sikap mereka,

sepanjang masa dalam keadaan yang serba mungkin. Ini sudah pun berlaku dalam sejarah umat Islam

sejak sekian lama dahulu, sejak ratusan tahun dahulu lagi.

Oleh itu, adalah wajar bagi setiap orang Islam bersikap sederhana, sesuai dengan kedudukan

ilmu mereka dalam soal ini. Bersikap sederhana atau wasatiah ini amatlah dituntut oleh Islam,

khususnya dalam hal yang melibatkan hubungan baik antara sesama umat Islam itu sendiri. Sikap

melampau, emosi dan terburu-buru dalam soal ini adalah satu sikap yang menyalahi kehendak agama

Islam. Ingatlah, Allah SWT tidak menyukai golongan yang melampau dalam urusan beragama dan

urusan hidup bermasyarakat.

Jangan bersikap terlalu lancang lidah mempertikaikan kebolehan orang itu dan orang ini,

dengan hanya melihat dari segi luarannya sahaja. Ingat, pandangan mata selalunya silap dan menipu

kita. Kerana itu, ikutlah pandangan dari pihak yang dilihat dan dinilai benar-benar menjalankan

kebajikan di tengah-tengah masyarakat. Jangan ikut atau terpengaruh dengan pandangan dari pihak

yang terkongkong oleh sesuatu sistem atau terkongkong dalam kelompok tertentu sahaja. Jika tidak

pun, sembahyang istikharah dan mintalah petunjuk yang jelas dalam soal ini. Itulah sikap kita yang

sebaik-baiknya.

Cara yang terbaik menangani masalah ini ialah dengan mencari ilmu yang bersesuaian dengan

perkara yang dibincangkan. Dapatkan pandangan dari pelbagai golongan dan pelbagai tempat, jangan

terlalu mudah mengikut satu-satu pandangan yang diberikan. Timbalah ilmu mengenainya sebanyak

mungkin dan perincikan pendapat-pendapat dari pelbagai pihak. Kemudian istikharah kepada Tuhan

untuk mendapatkan jawapan muktamad. Setelah berasa yakin dengan ilmu yang ada dan berpuas hati

dengan jawapan dari pihak-pihak yang ditanya tadi, barulah buat satu keputusan yang tetap dan

muktamad. Jangan ikutkan pandangan masyarakat umum secara melulu dan sempit. Sikap emosional

dan fanatik melulu hanya membawa kerosakan kepada hidup bermasyarakat dan menjatuhkan imej

seseorang itu.